Bahasa arab from Zaka88
Sabtu, 14 November 2015
Makalah Studi Islam - Doktrin Kepercayaan dalam Islam
MAKALAH
“DOKTRIN
KEPERCAYAAN DALAM ISLAM”
TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR STUDI ISLAM
Dosen : FAIS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :
MOH. ZAKARIYA
HERIK YULIYONO
ZAHRO EL-FIQRI
KELAS : MADIN SEMESTER 1
PROGRAM TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IBARHIMY SUKOREJO
2015
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada
Rasulullah SAW.
Alhamdulillah;
berkat Rahmat,
pertolongan dan Karunia-Nya, kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah sederhana ini yang berjudul “Doktrin Kepercayaan dalam Islam”. Makalah ini ditulis sebagai bahan dasar pemikiran atau pun diskusi serta dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi
Islam.
Kami menyadaribahwamakalahinitidakmungkinterselesaikantanpamotivasidariberbagaipihak.Berkatmotivasitersebut,
semuarintangandanhambatandapat kami atasibersama.Padakesempatanini kami
jugaucapkanterimakasihkepada BapakFaizselakudosenmatakuliahPengantarStudi
Islam kami di Institut Agama Islam IbrahimySukorejo.
Kami
menyadaribahwadalamproses penyusunanmakalahinihinggaselesai,
pastimasihterdapatbanyakkekurangandanmasihjauhdari kata sempurna, karenapengetahuan, kemampuandanpengalaman kami yang
masihsangatterbatas. Olehkarenaitu, kepadaparapembacadengansegalakerendahanhati; kami mengharap saran
dankritikkonstuktif demi kesempurnaanmakalahini di masamendatang.
Akhirnya
kami sampaikanterimakasihuntukkeduakalinyakepadadosenpembimbing, rekan-rekan,
sertasemuapihak yang membantu
kami.Semogadengandisusunnyamakalahiniakanadapeningkatankualitassumberdayamu’min
yang hakikidan bisaselalubermanfaatbagipararekan-rekanmahasiswa,Amin!
Situbondo, 15 Oktober 2015
Penyusun,
KELOMPOK
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
|
i
|
KATA PENGANTAR
.....................................................................................
|
|
DAFTAR
ISI
.................................................................................................
|
iii
|
BAB
I PENDAHULUAN
................................................................................
|
1
|
A.
Latar Belakang .......................................................................................
|
2
|
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
|
3
|
C. Tujuan ...................................................................................................
|
4
|
D. Metode Pemecahan Masalah ..................................................................
|
5
|
BAB
II PEMBAHASAN
................................................................................
|
6
|
A.
Wujud Sifat Hakikat Manusia ..................................................................
|
7
|
B. Kebutuhan Manusia ...............................................................................
|
8
|
C. Pengembangan Kepribadian Manusia ......................................................
|
9
|
D. Dimensi-dimensi Manusia ......................................................................
|
10
|
BAB
III PENUTUP
........................................................................................
|
11
|
A. Kesimpulan ............................................................................................
|
12
|
B. Saran ....................................................................................................
|
13
|
DAFTAR
PUSTAKA
......................................................................................
|
14
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dizaman modern seperti sekarang ini, mayoritas manusia tidak suka terhadap kevakuman. Kapanpun ada
pertanyaan dan masalah penting. Tradisi muncul untuk menjembataninya, sehingga
tercapai sebuah pemahaman.Namun banyak kita jumpai tradisi yang palsu. Ada
banyak ketidak cocokan dan pertentangan diantara tradisi. Masalah serius muncul
pada saat orang muslim harus menentukan tradisi mana yang asli.
Selain itu, ada juga begitu
banyak pengaruh yang masuk ketiap-tiap individu penduduk negara didunia, tidak
terkecuali dengan negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia.
Perkembangan IPTEK yang semakin berkembang menjadikan kita semakin ingin
mengetahui bagaimana perkembangan yang dialami oleh negara- negara maju yang
ada di luar sana, misalnya negara adidaya yang mana mereka merupakan mayoritas
non muslim. Ada begitu banyak faham yang disebarkan dan mulai dianut oleh
banyak negara misalnya liberalisme yang selalu menjadi keinginan banyak orang.
Keinginan untuk memperoleh kebebasan dalam berkarya, berekspresi, maupun
mengeluarkan pendapat. Terkadang keinginan itu seolah-olah semakin jauh dari
ajaran Islam yang dianut dan menurut norma yang berlaku.
Maka dari itu, setelah kita
mengamati secara empiris fenomena yang ada, dirasa perlu bagi kami untuk
menjelaskan secara terperinci tentang “Doktrin Kepercayaan Dalam Islam”. Agar
orang islam sendiri dapat memahami dan dapat memakai hakikat islam yang
sesungguhnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Doktrin ?
2.
Bagaimana Islam sebagai Doktrin ?
3.
Apa saja penjelasan doktrin-doktrin sentral dalam islam ?
C.
Tujuan
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
2. Agar dapat lebih memahami maksud
dari isi materi “Doktrin Kepercayaan Dalam Islam”.
D. Metode
Pemecahan Masalah
Kami menggunakan metode studi pustaka yaitu
menggunakan buku-buku sumber yang kami miliki, kemudian setelah itu
kami ambil kesimpulan dan selain itu pula kami juga mencari informasi dari
internet sebagai referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Doktrin
Kata doktrin
berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine
yang berarti ajaran. Oleh karena itu, doktrin lebih dikenal dengan
ajaran-ajaran yang bersifat absolut yang tidak boleh diganggu gugat. Kata
doktrin berarti dalil-dalil dari suatu ajaran.[1]
Kesesuaian pengertian ini dapat kita temukan di lapangan bahwa suatu ajaran
dalam agama maupun yang lainya pasti mempunyai dasar atau dalil-dalil.
Pengertian yang
sama juga dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “doktrin
adalah ajaran atau asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian segolongan
ahli ilmu pengetahuan, ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalam
penyusunan kebijakan negara”. Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas
dapat disimpulkan bahwa doktrin adalah ajaran-ajaran atau pendirian suatu agama
atau aliran atau segolongan ahli yang tersusun dalam sebuah sistem yang tidak
bisa terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari uraian
pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa doktrin merupakan ajaran-ajaran
atau asas untuk mendirikan suatu agama atau organisasi-organisasi lain yang
ajaran-ajarannya bersifat absolut dan tidak bisa diganggu gugat.
B.
Islam Sebagai
Doktrin
Islam merupakan
agama yang sangat multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai aspek baik dari
tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin sebagaimana yang akan kami
jelaskan berikut ini. Agama Islam apabila ditelaah dari aspek doktrin maka yang
akan muncul adalah ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam itu sendiri yang
bisa saja ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang trilogi doktrin (ajaran) Islam yang
biasa dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman, Islam dan Ihsan.
1.
Iman
Kata iman ditinjau
dari segi etimologi (bahasa) merupakan bentuk masdar dari kata Âmana, Yu’minu, Ĩmanan yang berarti
kepercayaan. Kata iman juga menurut Imam Al-Ghazali diartikan At-Tashdiqu
(pembenaran). Sedangkan menurut Fazlurrahman, kata iman yang terdapat dalam
Al-Qur’an mempunyai dua makna, yaitu :
a) Yakin, percaya dan beriman,
b) Aman, mengamankan dan memberikan keamanan.
Dari segi
terminologi iman oleh para ahli didefenisikan berbeda-beda akan tetapi
perbedaan tersebut tidak terlepas dari pengertian iman sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah SAW, ketika Malaikat Jibril datang bertanya kepada-Nya,
yakni “Iman adalah pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah dengan
Ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-Nya dan
percaya pada hari kebangkitan atau hari akhir”.
Menurut aliran ahlus sunnah wal jama’ah iman yang sempurna
adalah diucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dikerjakan dengan
anggota tubuh. Selain itu juga menurut aliran Ahlus Sunah Wal Jama’ah bahwa iman tersebut dapat bertambah dan
juga dapat berkurang seiring dengan ketaatan seseorang. Tentang bertambah dan
berkurangnya iman tersebut aliran Ahlus Sunnah melandaskan pendapatnya pada
Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2.
Terkait dengan
iman seperti yang dipaparkan dalam pengertian di atas yang termasuk di dalamnya
adalah iman kepada Allah SWT.
Iman kepada Allah
SWT berimplikasi terhadap pengakuan-pengakuan lain yang berhubungan dengan-Nya,
seperti zat Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan (af’al) Allah, malaikat Allah,
para Nabi dan utusan Allah, hari kiamat, serta surga dan neraka. Hal tersebut
merupakan refleksi dari ke-tauhid-an kepada Allah SWT.
2.
Islam
Secara harfiah
kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, Yuslimu Islâman yang berarti
keselamatan. Sedangkan secara terminologi Islam mengandung pengertian
“Ketundukan, kepasrahan dan ketaatan dalam menyembah (ibadah) kepada Allah,
tidak musyrik kepada-Nya, kemudian melaksanakan segala perintah-Nya, seperti
melaksanakan shalat, zakat, berpuasa, haji, serta meninggalkan segala yang
dilarang-Nya”.
3.
Ihsan
Dalam literatur
Arab kata Ihsan berarti berbuat baik atau perbuatan baik. Sedangkan secara
terminologi ihsan bermakna sesuai dengan penjelasan Rasulullah yakni “Engkau
menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika tidak maka sesungguhnya
dia melihatmu”.
Iman, Islam dan
Ihsan merupakan tiga serangkai atau trilogi doktrin (ajaran) ilahi yang tidak
dapat dipisahkan. Jadi, seorang dikatakan sebagai muslim sejati apabila ia
mempu menyatukan tiga dimensi tersebut. Pada perkembangan selanjutnya trilogi
tersebut menjadi tiga kerangka dasar Islam yang digunakan dalam tiga bidang
pemikiran Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
C.
Penjelasan
Doktrin-doktrin Sentral dalam Islam
a.
Allah
Doktrin sentral
agama islam berkitan dengan konsep tentang tuhan yang ditinjau dari Diri-Nya
sendiri, juga nama nama dan Sifat sifat-Nya. Doktrin yang integral tentang
sifat ketuhanan, sekaligus yang absolut yang azali, dan yang Maha Baik yang
berada pada jantung ajaran islam. Realitas tertinggi, atau Allah (demikianlah,
dia sudah sepatutnya di panggil, adalah kata dari bahasa Arab untuk menunjukkan
Tuhan yang di pakai oleh penganut Arab Kristen, penganut Yahudi yang
terarabkan, juga kaum muslim), yang sekaligus sebagai Tuhan, realitas supra
personal atau Tuhan tertinggi. Allah bukanlah wujud yang murni melainkan bukan
hanya sekedar wujud, sehingga tidak ada deskripsi yang dapat menyifati-Nya,
yang justru tidak dapat mengelakkan pereduksian sifat-nya yang azali dan
Esensi-Nya yang absolute, karena Dia mengatasi segala pembatasan dan definisi.
Itulah alasan yang menjadikan syahadat, la ilaha illa’Llah (tidak ada
tuhan selain Allah), yang memuat dokrtin islam yang sempurna tentang sifat
Tuhan, bermula denga awalan la, untuk menegaskan segala sesuatu berupa esensi ketuhanan atau tuhan,
pada-Nya diri dan realitas-Nya yang Maha Tinggi. Adalah denga hanya membatasi
itu malalui penegasan yang pasti. Sebagaimana dalam salah satu ayat Al-Qur’an
“tidak ada satupun, yang dapat mnyerupai-Nya.”(Q.s.42:2). Allah adalah yang
absolut, yang maha, Esa yang sepenuhnya transenden dan mengatasi semua batas –
batas dan pembatasan, dari setiap konsep dan ide.
Di sisi lain ,
Dia juga yang imanen, karena, menurut al-Qur’an “dia adalah yang pertama dan
yang terahir , juga yang lahir dan yang batin, dia juga maha mengatahui segala
sesuatu” (QS. 57 : 3). Tuhan adalah yang pertama (al-awwal) karena Dia adalah
asal-usul, aifa dari segala sesuatu. Dia adalah yang terahir (al-akhir), karena
kepada-nya segala sesuatu, bukan hanya jiwa manusia, melainkan seluruh kosmos
akan kembali. Dia adalah yang lahir (azh-zhahir). Karena manifestasi yang
tampak dasarnya adalah tidak lebih tiofani dari nama dan sifat-Nya dalam substansi “ketiadaan”, dan seluruh yang
ada hakikatnya adalah bias dari wujud-Nya. Bahkan, pada sisi lain, Dia juga
yang bathin (al-bathin), karena Dia adalah imanen dalam segala sesuatu, hanya
ahli hikmah yang mampu memahami dan mengatahui dengan pengertian sepenuhnya
bahwa Allah adalah Imanen. Sebagaimana Allah transenden brsifat Imanen dan
memahami sepenuhnya ayat “kemana saja kalian berpaling, disanalah wajah Allah.”
(Q.s.2:115). Lebih jauh lagi, ahli hikmah dapat mencapai pada pemahaman seperti
ini hanya dengan hikmah, oleh baik seorang laki-laki maupun perempuan, dengan
menyadari dan menerima penerangan sepenuhnya akan transendasi Ilahi (ta’la),
karena kekuatan yang adikodrati akan menampakkan diri-nya sendirinya dalam
wujud imanen haya melalui penapaian diketahui dan dialami untuk pertama kali
yang transenden.
Allah memiliki
Esansi (Dzat) yang mengatasi dan melampaui seluruh katagori dan definisi,
seperti warna gelap yang pekad karena intensitas sinarnya sehingg tidak
diketahui, berupa radiasi sinar gelombang sinar ultraviolet sebaimana pernah di
ungkapkan oleh sebagian sufi, meskipun mengatasi dan melampaui penggambaran
tentang semua duolitas dan gender, Esensi Tuhan terkadang digambarkan melalui
format gender fiminin.dari sisi sifat keazalian-nya , dalam konteks pembahasan
tentang metafisika, terkadang prinsip -prinsip sifat feminitas yang ultima,
melekat dan menembus pada aspek ketuhanan sebagai pencipta sedangkan dari aspek
keobselutan-nya mengandung prinsip-prinsip sifa maskulinitas diri-nya sendiri.
Sebagian ulama’
mengklasifikasi dengan sifat- sifatnya.dikatakan bahwa Allah mempunyai beberapa
sifat yang wajib bagi Allah, dan beberapa sifat muhal baginy, yang keteranganya
banyak dijelaskan dalam kitab- kitab tauhid.
b.
Rosul dan Wahyu
Islam menegaskan
bahwa setelah doktrin berkaitan dengan sifat tuhan (at-Tauhaid), doktrin yang
menempati urutan paling penting yang menyusulnya adalah doktrin yang kenanabian
(An-Nubuwwah), menerut pemahaman Islam, tuhan telah menjadikan nubuwah sebagai
realitas sentral dalam perjalanan sejarah umat manusia; lingkaran kenabian
dimulai sejak Nabi Adam a.s. dan ditutup dengan turunnya wahwun Al-Quran.
Disebutkan terdapat kurang lebih 124.000 Nabi yang diutus kepada setiap bangsa
dan kelompok maysarakat, dan tuhan tidak akan meninggalkan sesuatu kelompok
umat manusia tanpa kehadiran wahyu, seperti yang secara tegas dijelaskan dalam
al-quran tentu saja, kepada seyiap suku bangsa terdapat utusan. (QS. 10 : 48).
Seorang utusan
Tuhan telah dipilih oleh Allah dan hanya oleh diri-Nya sendiri. Klasifikasi
utusan-utusan Tuhan (Al-Anbiya’) terdiri dari mereka yang membawa kabar
tertentu dari tuhan, disebut dengan nabi, dan mereka yang menjadi utusan
disebut dengan rosul pembawa misi ajaran yang besar dan kelompok lain, mereka
yang memiliki sikap tegu, didalam bahasa arab disebut ulul-‘azhmi, yakni
Nabi-nabi : Musa, Isa Al-Masih, dan Nabi pembawa ajaran islam, yang mengakkan
agama yang baru. Pada setiap kasus, Nabi menerima ajarannya dari tuhan;
sabda-sabda dan perbuatannya buka dari sifatnya yang genius atau sumber-sumber
yang didapat dari latar belakang historis . Nabi tidak berhutang budi dan
mendapatkannya semua dari siapapun kecuali Allah dia membawa suatu ajaran yang
mempunyai kesegaran dan semerbak keharunan yang benar-benar asli karena
ajarannya berasal dari asal yang satu, suatu misi, yang dalam kasus ini ia
menjadi penerima pasif.
c.
Manusia
Islam memandang
manusia baik laki-laki maupun perempuan, dari segi dirinya sendiri sebagai
makhluk yang berdiri dihadapan Tuhannya, baik sebagai hamba-Nya maupun sebagai
khalifah di muka bumi ini. Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah
liat (Nabi Adam) dan menghembuskan ruh kepadanya setelah itu Allah mengajarkan
semua nama-nama benda padanya dan memerintahkan kepada seluruh makhluk Allah
agar bersujud pada-Nya, merekan bersujud kecuali iblis yang tidak mau bersujud
pada Adam, yang akhirnya iblis dilaknat oleh Allah dan menjadi musuh para hamba
Allah hingga hari kiamat nanti.
Islam juga
memandang hakikat manusia dalam realitasnya yang permanin, manusia juga sebagai
makhluk seperti yang kita ketahui sampai pada saat ini, tidak berasal dari
proses evolusi dari makhluk yang lebih rendah. Manusia juga diciptakan dengan
dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan, masing-masing telah diberi aturan
oleh islam dan akan diberi putusan sesuai dengan amalnya di akhirat
nanti.
d.
Alam Semesta
Alam semesta yang
juga dikatakan alam kosmos, jagat raya, alam universal adalah ciptaan Allah
yang diciptakan sebagai tempat para mahluk Allah yang lain. Tanah air, hewan,
pepohonan merupakan pemberian Allah yang harus kita jaga.
Semua ciptaan
Allah pasti memiliki manfaat tersendiri, entah manfaat yang sudah diketahui
maupun manfaat yang belum diketahui, waktu-waktu shalat wajib yang dilakukan
lima kali sehari ditentukan sesuai gerakan spesifik matahari, sebagaimana pula
menunjukkan waktu permulaan dan berakhirnya puasa.
e.
Eskatologi
Banyak dari
ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadist Nabi membahas subyek yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan eskatologis, atau hari akhir, dari seluruh realitas, baik
makrokosmik maupun mikrokosmik. Islam menyakini bahwa pada saat kematian,
indifidu-indifidu memasuki suatu keadaan yang nantinya menjadi pembuktian
kebenaran dari pokok-pokok keimanan
mereka, dari hasil perbuatan meraka dalam kehidupan, meskipun keyataannya akan
selalu bergantung pada dimensi kasih Ilahi yang tidak terhingga. Al-Qur’an dan
Hadits memberikan deskripsi dengan jelas tentang surga dan neraka.
Islam juga memiliki ajaran yang detail
tentang peristiwa-peristiwa
eskatologis pada dunia makrokosmik. Menurut Islam sejarah umat manusia dan
kosmik mempunyai akhir, sebagaimana juga mereka memiliki awal. Akhir dari
sejarah manusia akan ditandai dengan saat kedatangan figure yang diberi gelar
Al-Mahdi yang akan menghapus penindasan, mengalahkan para musuh agama, dan
mengembalikan rasa kedamaian dan keadilan di bumi.
Setelaah periode
yang hanya Tuhan sendiri dengan past mengetahunya, bersamaan dengan kedatangan
kedua Isa Almasih ke Jerusalem, yang akan membawa sejarah umat manusia untuk
menjelang dan menghadapi kedatangan hari pengadilan. Isa Almasih mempunyai
peran sentral dalam eskatologi ajaran islam, namun dia bukanlah krestus dalam
pengertian ajaran kristiani yang menjadi bagian dari trinitas, melainkan
sebagai figure agung dan mata rantai genealogi Nabi-nabi yang menganut ajaran
Ibrahimiah a.s. yang menegaskan keesaan Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah memahani tentang Doktrin kepercayaan dalam islam maka
dapat kita tarik kesimpulan:
1. Doktrin berasal dari bahasa Inggris “ doctrin’’ yang
berarti ajaran atau norma yang diambil dari wahyu yang diturunkan tuhan, atau
pemikiran mendalam filosofis yang diyakini mengandung kebenaran.
2. Doktrin kepercayaan islam itu meliputi 6 aspek yan harus diyakini
kebenarannya. Dan 6 aspek itu dalam islam dinamakan “ Rukun Iman ’’ yaitu :
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Malaikat Allah
c. Iman kepada Kitab-kitab Allah
d. Iman kepada Rasul-rasul Allah
e. Iman kepada Hari akhir
f. Iman kepada Qodo’ dan Qodar
3. Terminologi iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan adanya
Allah tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan-keyakinan atau pengakuan
merupakan gerbang utama keimanan.
4. Keyakinan itu adanya dihati. IQ merupakan pengakuan yang
sngguh-sungguh tentang kebenaran adanya Allah yang Maha Esa. Keyakinan ini selanjutnya
diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimat
syahadat dan direalisasikan dalam bentuk perbuatan ( amal ) unsur kerja yang
nyata.
B.
Saran
Berkaitan dengan materi
ini maka secara pribadi penulis menyarankan agar sebagai seorang muslim
hendaklah kita berusaha untuk memperkuat keimanan kita, sehingga dengan kuatnya
keimanan kita dan keyakinan kita terhadap rukun iman maka kita dapat
mengaplikasikan apa- apa yang menjadi larangan maupun perintah dari Allah SWT.
DAFTAR
PUSTAKA
Y. Al-barry, M. Dahlan.2003.Kamus Induk
Istilah Ilmiah Seri Intelektual. surabaya: Arkola.
Nasr, Sayyed Hosen.2003.Islam,
Agama,Sejarah dan Peradaban. surabaya: Risalah Gusti.
An-Nadwi, Fadlil Sa’id.1998. Ilmu
Tauhid (Benteng Iman). Surabaya:Al- Hidayah.
Langganan:
Postingan (Atom)