Sabtu, 14 November 2015

TUGAS PAK BAMBANG TRI WALUYO - APRESIASI KOMPUTER

Makalah Studi Islam - Doktrin Kepercayaan dalam Islam




MAKALAH
DOKTRIN KEPERCAYAAN DALAM ISLAM

TUGAS MATA KULIAH
PENGANTAR STUDI ISLAM






















Dosen : FAIS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :

MOH. ZAKARIYA
HERIK YULIYONO
UNSILATI RAHMAH
ZAHRO EL-FIQRI


KELAS : MADIN SEMESTER 1


PROGRAM TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IBARHIMY SUKOREJO
2015


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW.
Alhamdulillah; berkat Rahmat, pertolongan dan Karunia-Nya, kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah sederhana ini yang berjudul “Doktrin Kepercayaan dalam Islam”. Makalah ini ditulis sebagai bahan dasar pemikiran atau pun diskusi serta dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
Kami menyadaribahwamakalahinitidakmungkinterselesaikantanpamotivasidariberbagaipihak.Berkatmotivasitersebut, semuarintangandanhambatandapat kami atasibersama.Padakesempatanini kami jugaucapkanterimakasihkepada  BapakFaizselakudosenmatakuliahPengantarStudi Islam kami di Institut Agama Islam IbrahimySukorejo.
Kami menyadaribahwadalamproses penyusunanmakalahinihinggaselesai, pastimasihterdapatbanyakkekurangandanmasihjauhdari kata sempurna, karenapengetahuan, kemampuandanpengalaman kami yang masihsangatterbatas. Olehkarenaitu, kepadaparapembacadengansegalakerendahanhati; kami mengharap saran dankritikkonstuktif demi kesempurnaanmakalahini di masamendatang.
Akhirnya kami sampaikanterimakasihuntukkeduakalinyakepadadosenpembimbing, rekan-rekan, sertasemuapihak yang membantu kami.Semogadengandisusunnyamakalahiniakanadapeningkatankualitassumberdayamu’min yang hakikidan bisaselalubermanfaatbagipararekan-rekanmahasiswa,Amin!


Situbondo, 15 Oktober 2015       
Penyusun,


KELOMPOK 9




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL  .........................................................................................
i
KATA PENGANTAR  .....................................................................................
DAFTAR ISI  .................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN  ................................................................................
1
A.      Latar Belakang .......................................................................................
2
B.      Rumusan Masalah ..................................................................................
3
C.      Tujuan ...................................................................................................
4
D.     Metode Pemecahan Masalah ..................................................................
5
BAB II  PEMBAHASAN  ................................................................................
6
A.      Wujud Sifat Hakikat Manusia ..................................................................
7
B.      Kebutuhan Manusia ...............................................................................
8
C.      Pengembangan Kepribadian Manusia ......................................................
9
D.     Dimensi-dimensi Manusia ......................................................................
10
BAB III PENUTUP  ........................................................................................
11
A.      Kesimpulan ............................................................................................
12
B.      Saran ....................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA  ......................................................................................
14




















BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dizaman modern seperti sekarang ini, mayoritas manusia tidak suka terhadap kevakuman. Kapanpun ada pertanyaan dan masalah penting. Tradisi muncul untuk menjembataninya, sehingga tercapai sebuah pemahaman.Namun banyak kita jumpai tradisi yang palsu. Ada banyak ketidak cocokan dan pertentangan diantara tradisi. Masalah serius muncul pada saat orang muslim harus menentukan tradisi mana yang asli.
Selain itu, ada juga begitu banyak pengaruh yang masuk ketiap-tiap individu penduduk negara didunia, tidak terkecuali dengan negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia. Perkembangan IPTEK yang semakin berkembang menjadikan kita semakin ingin mengetahui bagaimana perkembangan yang dialami oleh negara- negara maju yang ada di luar sana, misalnya negara adidaya yang mana mereka merupakan mayoritas non muslim. Ada begitu banyak faham yang disebarkan dan mulai dianut oleh banyak negara misalnya liberalisme yang selalu menjadi keinginan banyak orang. Keinginan untuk memperoleh kebebasan dalam berkarya, berekspresi, maupun mengeluarkan pendapat. Terkadang keinginan itu seolah-olah semakin jauh dari ajaran Islam yang dianut dan menurut norma yang berlaku.
Maka dari itu, setelah kita mengamati secara empiris fenomena yang ada, dirasa perlu bagi kami untuk menjelaskan secara terperinci tentang “Doktrin Kepercayaan Dalam Islam”. Agar orang islam sendiri dapat memahami dan dapat memakai hakikat islam yang sesungguhnya.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Doktrin ?
2.      Bagaimana Islam sebagai Doktrin ?
3.      Apa saja penjelasan doktrin-doktrin sentral dalam islam ?

C.   Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
2.      Agar dapat lebih memahami maksud  dari isi materi “Doktrin Kepercayaan Dalam Islam”.

D. Metode Pemecahan Masalah
Kami menggunakan metode studi pustaka yaitu menggunakan buku-buku sumber  yang kami miliki, kemudian  setelah itu kami ambil kesimpulan dan selain itu pula kami juga mencari informasi dari internet sebagai referensi.












BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Doktrin
Kata doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine yang berarti ajaran. Oleh karena itu, doktrin lebih dikenal dengan ajaran-ajaran yang bersifat absolut yang tidak boleh diganggu gugat. Kata doktrin berarti dalil-dalil dari suatu ajaran.[1] Kesesuaian pengertian ini dapat kita temukan di lapangan bahwa suatu ajaran dalam agama maupun yang lainya pasti mempunyai dasar atau dalil-dalil.
Pengertian yang sama juga dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “doktrin adalah ajaran atau asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalam penyusunan kebijakan negara”. Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa doktrin adalah ajaran-ajaran atau pendirian suatu agama atau aliran atau segolongan ahli yang tersusun dalam sebuah sistem yang tidak bisa terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari uraian pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa doktrin merupakan ajaran-ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama atau organisasi-organisasi lain yang ajaran-ajarannya bersifat absolut dan tidak bisa diganggu gugat.

B.   Islam Sebagai Doktrin
Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin sebagaimana yang akan kami jelaskan berikut ini. Agama Islam apabila ditelaah dari aspek doktrin maka yang akan muncul adalah ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam itu sendiri yang bisa saja ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang trilogi doktrin (ajaran) Islam yang biasa dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman, Islam dan Ihsan.
1.    Iman
Kata iman ditinjau dari segi etimologi (bahasa) merupakan bentuk masdar dari kata Âmana, Yu’minu, Ĩmanan yang berarti kepercayaan. Kata iman juga menurut Imam Al-Ghazali diartikan At-Tashdiqu (pembenaran). Sedangkan menurut Fazlurrahman, kata iman yang terdapat dalam Al-Qur’an mempunyai dua makna, yaitu
a)   Yakin, percaya dan beriman,
b)   Aman, mengamankan dan memberikan keamanan.
Dari segi terminologi iman oleh para ahli didefenisikan berbeda-beda akan tetapi perbedaan tersebut tidak terlepas dari pengertian iman sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, ketika Malaikat Jibril datang bertanya kepada-Nya, yakni “Iman adalah pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah dengan Ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-Nya dan percaya pada hari kebangkitan atau hari akhir”.
Menurut aliran ahlus sunnah wal jama’ah iman yang sempurna adalah diucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dikerjakan dengan anggota tubuh. Selain itu juga menurut aliran Ahlus Sunah Wal Jama’ah bahwa iman tersebut dapat bertambah dan juga dapat berkurang seiring dengan ketaatan seseorang. Tentang bertambah dan berkurangnya iman tersebut aliran Ahlus Sunnah melandaskan pendapatnya pada Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2.
Terkait dengan iman seperti yang dipaparkan dalam pengertian di atas yang termasuk di dalamnya adalah iman kepada Allah SWT.
Iman kepada Allah SWT berimplikasi terhadap pengakuan-pengakuan lain yang berhubungan dengan-Nya, seperti zat Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan (af’al) Allah, malaikat Allah, para Nabi dan utusan Allah, hari kiamat, serta surga dan neraka. Hal tersebut merupakan refleksi dari ke-tauhid-an kepada Allah SWT. 
2.    Islam
Secara harfiah kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, Yuslimu Islâman yang berarti keselamatan. Sedangkan secara terminologi Islam mengandung pengertian “Ketundukan, kepasrahan dan ketaatan dalam menyembah (ibadah) kepada Allah, tidak musyrik kepada-Nya, kemudian melaksanakan segala perintah-Nya, seperti melaksanakan shalat, zakat, berpuasa, haji, serta meninggalkan segala yang dilarang-Nya”.
3.    Ihsan
Dalam literatur Arab kata Ihsan berarti berbuat baik atau perbuatan baik. Sedangkan secara terminologi ihsan bermakna sesuai dengan penjelasan Rasulullah yakni “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika tidak maka sesungguhnya dia melihatmu”.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga serangkai atau trilogi doktrin (ajaran) ilahi yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, seorang dikatakan sebagai muslim sejati apabila ia mempu menyatukan tiga dimensi tersebut. Pada perkembangan selanjutnya trilogi tersebut menjadi tiga kerangka dasar Islam yang digunakan dalam tiga bidang pemikiran Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.

C.   Penjelasan Doktrin-doktrin Sentral dalam Islam
a.    Allah
Doktrin sentral agama islam berkitan dengan konsep tentang tuhan yang ditinjau dari Diri-Nya sendiri, juga nama nama dan Sifat sifat-Nya. Doktrin yang integral tentang sifat ketuhanan, sekaligus yang absolut yang azali, dan yang Maha Baik yang berada pada jantung ajaran islam. Realitas tertinggi, atau Allah (demikianlah, dia sudah sepatutnya di panggil, adalah kata dari bahasa Arab untuk menunjukkan Tuhan yang di pakai oleh penganut Arab Kristen, penganut Yahudi yang terarabkan, juga kaum muslim), yang sekaligus sebagai Tuhan, realitas supra personal atau Tuhan tertinggi. Allah bukanlah wujud yang murni melainkan bukan hanya sekedar wujud, sehingga tidak ada deskripsi yang dapat menyifati-Nya, yang justru tidak dapat mengelakkan pereduksian sifat-nya yang azali dan Esensi-Nya yang absolute, karena Dia mengatasi segala pembatasan dan definisi. Itulah alasan yang menjadikan syahadat, la ilaha illa’Llah (tidak ada tuhan selain Allah), yang memuat dokrtin islam yang sempurna tentang sifat Tuhan, bermula denga awalan la, untuk menegaskan segala sesuatu berupa esensi ketuhanan atau tuhan, pada-Nya diri dan realitas-Nya yang Maha Tinggi. Adalah denga hanya membatasi itu malalui penegasan yang pasti. Sebagaimana dalam salah satu ayat Al-Qur’an “tidak ada satupun, yang dapat mnyerupai-Nya.”(Q.s.42:2). Allah adalah yang absolut, yang maha, Esa yang sepenuhnya transenden dan mengatasi semua batas – batas dan pembatasan, dari setiap konsep dan ide.
Di sisi lain , Dia juga yang imanen, karena, menurut al-Qur’an “dia adalah yang pertama dan yang terahir , juga yang lahir dan yang batin, dia juga maha mengatahui segala sesuatu” (QS. 57 : 3). Tuhan adalah yang pertama (al-awwal) karena Dia adalah asal-usul, aifa dari segala sesuatu. Dia adalah yang terahir (al-akhir), karena kepada-nya segala sesuatu, bukan hanya jiwa manusia, melainkan seluruh kosmos akan kembali. Dia adalah yang lahir (azh-zhahir). Karena manifestasi yang tampak dasarnya adalah tidak lebih tiofani dari nama dan sifat-Nya dalam substansi “ketiadaan”, dan seluruh yang ada hakikatnya adalah bias dari wujud-Nya. Bahkan, pada sisi lain, Dia juga yang bathin (al-bathin), karena Dia adalah imanen dalam segala sesuatu, hanya ahli hikmah yang mampu memahami dan mengatahui dengan pengertian sepenuhnya bahwa Allah adalah Imanen. Sebagaimana Allah transenden brsifat Imanen dan memahami sepenuhnya ayat “kemana saja kalian berpaling, disanalah wajah Allah.” (Q.s.2:115). Lebih jauh lagi, ahli hikmah dapat mencapai pada pemahaman seperti ini hanya dengan hikmah, oleh baik seorang laki-laki maupun perempuan, dengan menyadari dan menerima penerangan sepenuhnya akan transendasi Ilahi (ta’la), karena kekuatan yang adikodrati akan menampakkan diri-nya sendirinya dalam wujud imanen haya melalui penapaian diketahui dan dialami untuk pertama kali yang transenden.
Allah memiliki Esansi (Dzat) yang mengatasi dan melampaui seluruh katagori dan definisi, seperti warna gelap yang pekad karena intensitas sinarnya sehingg tidak diketahui, berupa radiasi sinar gelombang sinar ultraviolet sebaimana pernah di ungkapkan oleh sebagian sufi, meskipun mengatasi dan melampaui penggambaran tentang semua duolitas dan gender, Esensi Tuhan terkadang digambarkan melalui format gender fiminin.dari sisi sifat keazalian-nya , dalam konteks pembahasan tentang metafisika, terkadang prinsip -prinsip sifat feminitas yang ultima, melekat dan menembus pada aspek ketuhanan sebagai pencipta sedangkan dari aspek keobselutan-nya mengandung prinsip-prinsip sifa maskulinitas diri-nya sendiri.
Sebagian ulama’ mengklasifikasi dengan sifat- sifatnya.dikatakan bahwa Allah mempunyai beberapa sifat yang wajib bagi Allah, dan beberapa sifat muhal baginy, yang keteranganya banyak dijelaskan dalam kitab- kitab tauhid.
b.   Rosul dan Wahyu
Islam menegaskan bahwa setelah doktrin berkaitan dengan sifat tuhan (at-Tauhaid), doktrin yang menempati urutan paling penting yang menyusulnya adalah doktrin yang kenanabian (An-Nubuwwah), menerut pemahaman Islam, tuhan telah menjadikan nubuwah sebagai realitas sentral dalam perjalanan sejarah umat manusia; lingkaran kenabian dimulai sejak Nabi Adam a.s. dan ditutup dengan turunnya wahwun Al-Quran. Disebutkan terdapat kurang lebih 124.000 Nabi yang diutus kepada setiap bangsa dan kelompok maysarakat, dan tuhan tidak akan meninggalkan sesuatu kelompok umat manusia tanpa kehadiran wahyu, seperti yang secara tegas dijelaskan dalam al-quran tentu saja, kepada seyiap suku bangsa terdapat utusan. (QS. 10 : 48).
Seorang utusan Tuhan telah dipilih oleh Allah dan hanya oleh diri-Nya sendiri. Klasifikasi utusan-utusan Tuhan (Al-Anbiya’) terdiri dari mereka yang membawa kabar tertentu dari tuhan, disebut dengan nabi, dan mereka yang menjadi utusan disebut dengan rosul pembawa misi ajaran yang besar dan kelompok lain, mereka yang memiliki sikap tegu, didalam bahasa arab disebut ulul-‘azhmi, yakni Nabi-nabi : Musa, Isa Al-Masih, dan Nabi pembawa ajaran islam, yang mengakkan agama yang baru. Pada setiap kasus, Nabi menerima ajarannya dari tuhan; sabda-sabda dan perbuatannya buka dari sifatnya yang genius atau sumber-sumber yang didapat dari latar belakang historis . Nabi tidak berhutang budi dan mendapatkannya semua dari siapapun kecuali Allah dia membawa suatu ajaran yang mempunyai kesegaran dan semerbak keharunan yang benar-benar asli karena ajarannya berasal dari asal yang satu, suatu misi, yang dalam kasus ini ia menjadi penerima pasif. 
c.    Manusia
Islam memandang manusia baik laki-laki maupun perempuan, dari segi dirinya sendiri sebagai makhluk yang berdiri dihadapan Tuhannya, baik sebagai hamba-Nya maupun sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah liat (Nabi Adam) dan menghembuskan ruh kepadanya setelah itu Allah mengajarkan semua nama-nama benda padanya dan memerintahkan kepada seluruh makhluk Allah agar bersujud pada-Nya, merekan bersujud kecuali iblis yang tidak mau bersujud pada Adam, yang akhirnya iblis dilaknat oleh Allah dan menjadi musuh para hamba Allah hingga hari kiamat nanti.
Islam juga memandang hakikat manusia dalam realitasnya yang permanin, manusia juga sebagai makhluk seperti yang kita ketahui sampai pada saat ini, tidak berasal dari proses evolusi dari makhluk yang lebih rendah. Manusia juga diciptakan dengan dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan, masing-masing telah diberi aturan oleh islam dan akan diberi putusan sesuai dengan amalnya di akhirat nanti. 
d.   Alam Semesta
Alam semesta yang juga dikatakan alam kosmos, jagat raya, alam universal adalah ciptaan Allah yang diciptakan sebagai tempat para mahluk Allah yang lain. Tanah air, hewan, pepohonan merupakan pemberian Allah yang harus kita jaga.
Semua ciptaan Allah pasti memiliki manfaat tersendiri, entah manfaat yang sudah diketahui maupun manfaat yang belum diketahui, waktu-waktu shalat wajib yang dilakukan lima kali sehari ditentukan sesuai gerakan spesifik matahari, sebagaimana pula menunjukkan waktu permulaan dan berakhirnya puasa.
e.    Eskatologi
Banyak dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadist Nabi membahas subyek yang berkaitan dengan persoalan-persoalan eskatologis, atau hari akhir, dari seluruh realitas, baik makrokosmik maupun mikrokosmik. Islam menyakini bahwa pada saat kematian, indifidu-indifidu memasuki suatu keadaan yang nantinya menjadi pembuktian kebenaran dari pokok-pokok keimanan mereka, dari hasil perbuatan meraka dalam kehidupan, meskipun keyataannya akan selalu bergantung pada dimensi kasih Ilahi yang tidak terhingga. Al-Qur’an dan Hadits memberikan deskripsi dengan jelas tentang surga dan neraka.
Islam juga memiliki ajaran yang detail tentang peristiwa-peristiwa eskatologis pada dunia makrokosmik. Menurut Islam sejarah umat manusia dan kosmik mempunyai akhir, sebagaimana juga mereka memiliki awal. Akhir dari sejarah manusia akan ditandai dengan saat kedatangan figure yang diberi gelar Al-Mahdi yang akan menghapus penindasan, mengalahkan para musuh agama, dan mengembalikan rasa kedamaian dan keadilan di bumi.
Setelaah periode yang hanya Tuhan sendiri dengan past mengetahunya, bersamaan dengan kedatangan kedua Isa Almasih ke Jerusalem, yang akan membawa sejarah umat manusia untuk menjelang dan menghadapi kedatangan hari pengadilan. Isa Almasih mempunyai peran sentral dalam eskatologi ajaran islam, namun dia bukanlah krestus dalam pengertian ajaran kristiani yang menjadi bagian dari trinitas, melainkan sebagai figure agung dan mata rantai genealogi Nabi-nabi yang menganut ajaran Ibrahimiah a.s. yang menegaskan keesaan Allah.





BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Setelah memahani tentang Doktrin kepercayaan dalam islam maka dapat kita tarik kesimpulan:
1.    Doktrin berasal dari bahasa Inggris “ doctrin’’ yang berarti ajaran atau norma yang diambil dari wahyu yang diturunkan tuhan, atau pemikiran mendalam filosofis yang diyakini mengandung kebenaran.
2.    Doktrin kepercayaan islam itu meliputi 6 aspek yan harus diyakini kebenarannya. Dan 6 aspek itu dalam islam dinamakan “ Rukun Iman ’’ yaitu :
a.    Iman kepada Allah
b.    Iman kepada Malaikat Allah
c.    Iman kepada Kitab-kitab Allah
d.    Iman kepada Rasul-rasul Allah
e.    Iman kepada Hari akhir
f.     Iman kepada Qodo’ dan Qodar
3.    Terminologi iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan adanya Allah tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan-keyakinan atau pengakuan merupakan gerbang utama keimanan.
4.    Keyakinan itu adanya dihati. IQ merupakan pengakuan yang sngguh-sungguh tentang kebenaran adanya Allah yang Maha Esa. Keyakinan ini selanjutnya diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimat syahadat dan direalisasikan dalam bentuk perbuatan ( amal ) unsur kerja yang nyata.

B.   Saran
Berkaitan dengan materi ini maka secara pribadi penulis menyarankan agar sebagai seorang muslim hendaklah kita berusaha untuk memperkuat keimanan kita, sehingga dengan kuatnya keimanan kita dan keyakinan kita terhadap rukun iman maka kita dapat mengaplikasikan apa- apa yang menjadi larangan maupun perintah dari Allah SWT.





DAFTAR PUSTAKA

Y. Al-barry, M. Dahlan.2003.Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. surabaya: Arkola.
Nasr, Sayyed Hosen.2003.Islam, Agama,Sejarah dan Peradaban. surabaya: Risalah Gusti.
An-Nadwi, Fadlil Sa’id.1998. Ilmu Tauhid (Benteng Iman). Surabaya:Al- Hidayah.